Hari ini, hari ketiga aku bekerja di kantor baru yang sebenernya gak baru baru banget buat aku, perpindahan ke 5 padahal kerjanya baru genap 2 tahun, cape ? jujur cape bangett (emot puppy eyes) secape itu pindah kantor, memulai kembali beradaptasi dengan pekerjaan yang sudah jelas berbeda, beradaptasi dengan hiruk pikuk dan drama masing masing kantor, beradaptasi dengan temen sekantor yang pola pikir pola kerjanya yang udh pasti beda, sampai bisa menerima dan menjadi bagian dari mereka itu dan mengalir bersama mereka itu butuh proses penerimaan dan membentuk diri yang tidak sebentar.
Hari ini, aku belajar, dari semua drama pindah kantor yang gak pernah usai buat aku, padahal banyak juga anak lain yang bahkan dari awal masuk kerja sampai sekarang masih di kantor yang sama, aku belajar ikhlas, belajar menjadi pribadi yang lebih ikhlas. Mungkin dengan penerimaan penerimaan ini, dengan aku mengalir ikhlas mengikuti kehendak tuhan dan kehendak SDM (wkwk) aku menjadi menemukan dan berujung pada samudra yang lebih luas, mungkin sekarang aku adalah air yang masih mengalir di sungai, bahkan masih di hulu (?) kadang kena benturan kerasnya batu, kadang ketemu ular, ketemu kotoran bahkan, tapi kalau aku terus mengalir dan menerima bahwa aku memang di sungai dan yaudah wajar aja ketemu yang semacam itu, mungkin lama kelamaan air akan berujung sampai di samudra yang jauh lebih luass lagi, berkumpul dengan semua air hebat yang tetap mengalir setelah terbentur batu sungai sejuta kali.
Tapi bukan itu pelajaranya, dengan semua rasa sakitnya, rasa capek nya pindah pindah yang memang mengharuskan beradaptasi terus menerus, aku bertanya pada diri sendiri, kenapasih ? kenapa selalu se nyesekk ini kalo pindah kantor ? se cape ini ? hal hal seperti ini akan terus terjadi, akan terus berulang sampai entah kapan, tidak hanya urusan pekerjaan, semua aspek hidup akan memaksa kita menjadi orang yang siap dan harus menerima dengan kondisi yang tidak bisa terprediksi sama sekali, dan itu diluar kendali pribadi ? lalu harus seperti apa agar penerimaan penerimaan itu tidak menjadi sakit, merubah kekecewaan dan adaptasi berat menjadi siap dan selalu siap.
Setelah berpikir dan mencoba menemukan titik kesalahan yang harus diperbaiki untuk meminimalisir rasa sakit, kesalahanya adalah pada pola pikirku sendiri, pada mindset yang sudah salah sedari awal. Yang selama ini aku lakukan adalah selalu mencoba dan berusaha begitu kerasanya untuk menjadi bagian dari suatu lingkungan, mengikuti semua arus orang orang yang ada di dalamnya, mengikuti semua sisi baik maupun buruknyaa aku lakukan yang penting sama dan bisa diterima, pernah aku membaca di sebuah buku, ada satu point yang sangat menarik, penulis berasumsi bahwa perilaku yang biasa dilakukan oleh kelompok seringkali labih kuat dibandingkan perilaku yang diinginkan oleh individu. Seringkali kita lebih baik keliru di jalan yang salah bersama kelompok daripada benar tapi dikucilkan, dan itu yang aku lakukan selama ini, berpindah lingkungan, mempelajari kebiasaan baik dan buruknya di lingkungan tersebut, mulai memahami, mulai terbiasa, mulai merasa bagian dari mereka dan merasa mereka adalah bagian dari hidup yang aku jalani, dan ketika dipaksa untuk berpisah lalu dipaksa untuk "menghilangkan" kebiasaan dan siklus positif maupun negatifnya yang sudah aku pahami dan resapi, rasanya selalu sakit, seperti melepaskan kulit yang sudah aku pakai beberapa waktu belakang dan kemudian dipaksa menggunakan kulit yang baru, yang entah kulit seperti apa lagi, aku harus pelajari, pola nya selalu sama, terus berulang lagi dan lagi.
Setelah kutemukan alasan utama kenapa selalu sakit, aku berusaha menemukan jawaban dan cara penyelesaianya dalam satu waktu, caranya adalah belajar dan berusaha untuk menyadari bahwa mereka (suatu kelompok) yang ada di hidup kita saat ini adalah bukan segalanya, bukan orang yang harus selalu dipelajari sehingga membuatmu menjadi berubah mengikuti, bukan segalanya sehingga membuat aku berpikir bahwa dia adalah bagian dari hidup aku, bukan pula kulit atau suatu identitas diri sehingga suatu saat diminta dilepaskan rasanya selalu sakit. Belajar berjalan sendiri, berdiri sendiri, hidup dengan cara sendiri di jalan yang benar, tidak perlu mengikuti suatu kelompok sampai mempelajari segala siklus baik dan buruknya, terlalu banyak belajar juga lama lama capek. Katanya semakin lemah seseorang semakin ingin dia hidup berkelompok, aku tidak mau menjadi kaum lemah itu, aku mau hidup sendiri, dengan caraku sendiri, cara yang baik dan benar. Kalau urusan agama, belajar untuk mengikuti akidah, kalau urusan pekerjaan mungkin ada SOP, belajar mengikuti dan menjalankan yang sesuai standarnya, kalau orang sekitar tidak berkenan menjalankan hal yang sama dan menjadi beda ya nggapapa bangetttt, aku akan tetap mengerti kenapa demikian dan aku tidak akan menghakimi sama sekaliiii, sekali lagi ini mungkin adalah salah satu cara aku bertahan. Dengan belajar dan memulai mengikuti standarnya, mengerti dan memahami betul bahwa yang orang yang hidup di sekeliling kita saat ini adalah bukan bagian dari diri kita, sepertinya tidak akan salah, akan semakin aman kalau berpikir "aku bukan bagian dari siapapun, aku independen, aku bisa hidup dimana saja dengan bekal belajar dan selalu belajar menjalani hidup sesuai standar dan ilmu dasar kehidupan, karena aku bukan bagian dari siapapun, kemana saja aku mau, setelah ini mau dipindah lagi ke lingkungan seperti apa, aku siap karena memang aku bukan bagian dari manapun." Semoga mindset dan pelajaran ini selalu aku pakai di kehidupan aku di waktu yang sekarang atau beberapa tahun kedepan, mungkin sekarang masih teori yang ditulis, semoga kedepanya menjadi terealisasi dan aku sepenuhnya sudah menjadi orang dengan mindset seperti itu. Amiin.........